Assalamu'alaikum wr wb. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang memberikan kesempatan kepada seorang hambanya menggerakan jari jemari nya menuliskan satu kata dari-Nya "Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban". Mengingatkan tentang apa yang telah hamba-hambanya lakukan di dunia, apakah hambanya telah berfikir tentang nikmat-nikmat yang telah Dia berikan selama ini. Apakah hambanya telah ingat?, sebuah pertanyaan besar di zaman yang sungguh telah berubah.
Suatu kata yang tertulis 31 kali di dalam Al Qur'an, Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban. Mengingatkan bahwa manusia adalah mahluk yang pelupa dan mahluk yang tak terlepas dari khilaf dan dosa. Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban terasa menyentuh ketika kita paham, ketika kita mengerti, dan kita tahu bahwa apakah kita selama ini telah bersyukur. Lewat kata ini pula lah Allah telah mengingatkan kepada kita semua.
Tetesan air mata pun jatuh ketika kita berpikir, berpikir akan semua kesalahan kita, akan semua khilaf yang telah kita lakukan. dan bersyukurlah ketika Allah masih mengingatkan kita akan semua nikmat yang telah Dia berikan kepada kita semua, nikmat kesempatan, nikmat umur, nikmat jasmani, nikmat ketika sendi-sendi tubuh kita masih dapat bergerak, nikmat ketika aliran darah meluncur dengan derasnya di seluruh tubuh kita, nikmat ketika setiap tarikan nafas, bahkan dengan seluruh umur yang kita miliki niscaya kita tak akan dapat menghitung berapa banyak nikmat yang telah Dia berikan. semoga kita tetap menjadi hamba-Nya yang selalu bersyukur.
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman,
Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridhai nikmat yang dikaruniakan
padanya.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/187).
Imam
Ja’far Ash-shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat
Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat ‘Fabiayyi âlâi Rabbikumâ
tukadzdzibân’, ia mengucapkan: Lâ bisyay-in min âlâika Rabbî akdzibu
(tidak ada satu pun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika
saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya
seperti matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari
kemudian mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.”
(Tsawabul A’mal, hlm 117).
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa)
berkata: “Jangan tinggalkan membaca surat Ar-Rahman, bangunlah malam
bersamanya, surat ini tidak menentramkan hati orang-orang munafik, kamu
akan menjumpai Tuhannya bersamanya pada hari kiamat, wujudnya seperti
wujud manusia yang paling indah, dan baunya paling harum. Pada hari
kiamat tidak ada seorangpun yang berdiri di hadapan Allah yang lebih
dekat dengan-Nya daripadanya.
Pada saat itu Allah
berfirman padanya: Siapakah orang yang sering bangun malam bersamamu
saat di dunia dan tekun membacamu. Ia menjawab: Ya Rabbi, fulan bin
fulan, lalu wajah mereka menjadi putih, dan ia berkata kepada mereka:
Berilah syafaat orang-orang yang mencintai kalian, kemudian mereka
memberi syafaat sampai yang terakhir dan tidak ada seorang pun yang
tertinggal dari orang-orang yang berhak menerima syafaat mereka. Lalu
ia berkata kepada mereka: Masuklah kalian ke surga, dan tinggallah di
dalamnya sebagaimana yang kalian inginkan.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).
"Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)"